Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan di Jakarta telah mencapai 500 milimeter. Uuntuk itu semua pihak diharapkan bekerjasama dalam penanganan masalah banjir. Banjir selalu terjadi setiap tahun dan BMG meramalkan curah hujan di Sumatera dan Jawa sudah mencapai 200 mm-400 mm bahkan Jakarta bisa mencapai 500 mm dan ini adalah satu fenomena alam dimana curah hujan di atas rata-rata dan semua pihak harus saling bekerjasama untuk menangani banjir, tidak bisa hanya satu instansi saja, jelas Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen PU, Iwan Nursyirwan dalam wawancara Wrata Siang di TVRI, Kamis,(15/1).
Menurut Iwan, selain kerjasama dengan semua pihak, Departemen Pekerjaan Umum (PU) juga melakukan kegiatan struktural dan non-struktural dalam menangani banjir. Untuk menangani banjir, Departemen PU melalui Direktorat Jenderal SDA telah menyiagakan 258 pompa. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat memperlambat dan meminimalisir genangan.
Penanganan banjir sesuai dengan UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA, ditangani dalam pengelolaan satu wilayah sungai, contohnya masalah Ciliwung, tidak bisa menangani Jakarta saja tapi harus menangani sampai ke hulu, dengan cara melakukan konservasi lingkungan, pengaturan air dan selalu memperhatikan tata ruang. Dengan banyaknya pengambilan air tanah, Jakarta yang 40 persen wilayahnya sudah berada di bawah permukaan laut, maka terjadi penurunan muka air tanah. Kita juga harus berpegang pada tata ruang dan penegakan hukum yang tegas.
Tentunya ada solusi untuk bisa menangkal banjir ini, PT Green Solutions Indonesia (GSI) memberikan solusi untuk membuat sistem manajemen banjir. Untuk tahun ini ada daerah-daerah yang awalnya tidak ada dalam peta rawan banjir tapi ada dalam peta rawan banjir contohnya di Sulawesi. Kondisi tersebut dipicu akibat kerusakan lingkungan sehingga air tidak tertahan oleh hutan, jadi begitu hujan besar masuk ke sungai dan ke kota terus ke laut. Ini harus diselesaikan dalam jangka panjang dan penanganan yang intensif.